Agil dan Yulie adalah sepasang kekasih yang serasi walaupun keduanya berasal d
ng jauh berbeda latar belakangnya. Keluarga Yulie berasal dari keluarga kaya raya dan serba berkecukupan, sedangkan keluarga Agil hanyalah keluarga seorang petani miskin yang menggantungkan kehidupannya pada tanah sewaan.
Dalam kehidupan mereka berdua, Agil sangat mencintai Yulie.
Agil telah melipat 1000 buah burung kertas untuk Yulie dan Yulie kemudian menggantungkan
burung-burung kertas tersebut pada kamarnya. Dalam tiap burung kertas
tersebut Agil telah menuliskan harapannya kepada Yulie. Banyak sekali
harapan yang telah Agil ungkapkan kepada Yulie. “Semoga kita selalu
saling mengasihi satu sama lain”,”Semoga Tuhan melindungi Yulie dari
bahaya”,”Semoga kita mendapatkan kehidupan yang bahagia”,dsb. Semua
harapan itu telah disimbolkan dalam burung kertas yang diberikan kepada Yulie.
Suatu hari Agil melipat
burung kertasnya yang ke 1001. Burung itu dilipat dengan kertas
transparan sehingga kelihatan sangat berbeda dengan burung-burung kertas
yang lain. Ketika memberikan burung kertas ini, Agil berkata kepada
Yulie: “ Yulie, ini burung
kertasku yang ke 1001. Dalam burung kertas ini aku mengharapkan adanya
kejujuran dan keterbukaan antara aku dan kamu. Aku akan segera melamarmu
dan kita akan segera menikah. Semoga kita dapat mencintai sampai kita
menjadi kakek nenek dan sampai Tuhan memanggil kita berdua ! “
Saat mendengar Agil berkata demikian, menangislah Yulie. Ia berkata kepada Agil : “Agil, senang sekali aku mendengar semua itu, tetapi aku sekarang
telah memutuskan untuk tidak menikah denganmu karena aku butuh uang dan
kekayaan seperti kata orang tuaku!” Saat mendengar itu Agil pun
terkejut dan sangat sedih. Ia kemudian mulai marah kepada Yulie. Ia
mengatai Yulie matre, orang tak berperasaan, kejam, dan sebagainya.
Akhirnya Agil meninggalkan Yulie menangis seorang diri.
Agil mulai terbakar semangatnya.
Ia pun bertekad dalam dirinya bahwa ia harus sukses dan hidup berhasil.
Sikap Yulie dijadikannya cambuk untuk maju dan maju. Dalam Sebulan
usaha Agil menunjukkan hasilnya. Ia diangkat menjadi kepala cabang di
mana ia bekerja dan
dalam setahun ia telah diangkat menjadi manajer sebuah perusahaan yang
bonafide dan tak lama kemudian ia mempunyai 50% saham dari perusahaan
itu. Sekarang tak seorangpun tak kenal Agil, ia adalah bintang
kesuksesan.
Suatu hari Agil pun berkeliling kota dengan
mobil barunya. Tiba-tiba dilihatnya sepasang suami-istri tua tengah
berjalan di dalam derasnya hujan. Suami istri itu kelihatan lusuh dan
tidak terawat. Agil pun
penasaran dan mendekati suami istri itu dengan mobilnya dan ia mendapati
bahwa suami istri itu adalah orang tua Yulie. Agil mulai berpikir untuk memberi
pelajaran kepada kedua orang itu, tetapi hati nuraninya melarangnya
sangat kuat. Agil membatalkan niatnya dan ia membuntuti kemana perginya
orang tua Yulie.
Agil sangat terkejut ketika didapati orang tua Yulie memasuki sebuah makam yang dipenuhi dengan burung kertas. Ia pun semakin
terkejut ketika ia mendapati foto Yulie dalam makam itu. Agil pun
bergegas turun dari mobilnya dan berlari ke arah makam Yulie untuk menemui orang tua Yulie.
Orang tua Yulie pun berkata kepada Agil :”Agil, sekarang kami jatuh miskin. Harta kami habis untuk biaya pengobatan Yulie yang
terkena kanker rahim ganas. Yulie menitipkan sebuah surat kepada kami
untuk diberikan kepadamu jika kami bertemu denganmu.” Orang tua Yulie
menyerahkan sepucuk surat kumal kepada Agil.
Agil membaca surat itu. “Agil, maafkan aku. Aku terpaksa membohongimu.
Aku terkena kanker rahim ganas yang tak mungkin disembuhkan. Aku tak
mungkin mengatakan hal ini saat itu, karena jika itu aku lakukan, aku akan membuatmu jatuh dalam kehidupan
sentimentil yang penuh keputusasaan yang akan membawa hidupmu pada
kehancuran. Aku tahu semua tabiatmu Agil, karena itu aku lakukan ini.
Aku mencintaimu
Agil…………………………..
Yulie “ Setelah membaca surat
itu, menangislah Agil. Ia telah berprasangka terhadap Yulie begitu
kejamnya. Ia pun mulai merasakan betapa hati Yulie teriris-iris ketika
ia mencemoohnya, mengatainya matre, kejam dan tak berperasaan. Ia
merasakan betapa Yulie kesepian seorang diri dalam kesakitannya hingga
maut menjemputnya, betapa Yulie mengharapkan kehadirannya di saat-saat
penuh penderitaan itu. Tetapi ia lebih memilih untuk menganggap Yulie
sebagai orang matre tak berperasan. Yulie telah berkorban untuknya agar ia tidak jatuh dalam keputusasaan dan kehancuran.
Cinta bukanlah sebuah pelukan atau ciuman tetapi cinta adalah pengorbanan untuk orang yang sangat berarti bagi kita.
Sambil baca sambil dengerin aja! Eldipie- First night without Blood -
Rabu, 28 November 2012